Percakapan tentang kematian bisa muncul secara alami dalam keseharian anak, bahkan lewat obrolan sederhana seperti yang tampak dalam video viral antara ibu dan anak di bawah ini. Percakapan itu terasa sangat menyentuh dan penuh makna. Tapi, bagaimana sebenarnya cara terbaik menjelaskan kematian kepada anak?
Tips Menjelaskan Kematian pada Anak
Psikolog Klinis Anak Rumah Dandelion, Rizqina Ardiwijaya mengatakan, anak-anak memang bisa menunjukkan pemahaman dan emosi terhadap konsep kematian. Meski begitu, pemahaman itu bisa berbeda-beda tergantung usia si kecil. Sehingga, jawaban orang tua perlu disesuaikan agar anak bisa merasa aman dan tidak terbebani rasa takut atau bersalah.
-Usia 2–5 Tahun: Kematian Bukan Hal Permanen
Pada usia balita, anak belum mampu memahami bahwa kematian itu permanen. Mereka sering menganggap orang yang meninggal hanya sedang tidur atau pergi.
“Hal ini membuat mereka bertanya berulang kali kapan orang yang meninggal akan kembali. Orang tua bisa menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sederhana, konkret, beserta validasi emosi,” tutur Rizqina kepada kumparanMOM, Sabtu (6/9).
Misalnya dengan kalimat, “Kucing kita sudah meninggal. Tubuhnya tidak bisa bergerak atau bangun lagi. Gak bisa main bareng lagi. Kalau kamu sedih, itu tidak apa-apa, itu wajar.”
-Usia 6–9 Tahun: Paham Permanen, tapi Bisa Salah Paham
Anak usia sekolah mulai mengerti bahwa kematian itu tidak bisa diulang atau dibatalkan. Mereka masih sering berpikir tidak logis dan bisa menyalahkan diri sendiri.
Oleh karena itu, penting untuk kita memberikan penjelasan dengan contoh nyata sekaligus menegaskan bahwa hal ini bukan salah anak.
“Semua makhluk hidup suatu saat akan meninggal. Sama seperti kucing kita dulu, Nenek juga meninggal. Itu bukan karena kamu nakal atau salah. Nenek meninggal karena tubuhnya sudah tua dan tidak bisa berfungsi lagi.”
-Usia 9–12 Tahun: Mulai Paham soal Biologis tapi Muncul Ketakutan
Sementara anak usia ini sudah paham kematian itu bersifat permanen dan juga biologis. Namun, bisa muncul rasa takut pada kematian terhadap diri sendiri dan juga orang tua.
Mereka juga jadi lebih penasaran dan ingin tahu bagaimana tubuh bisa berhenti bekerja. Oleh sebab itu, orang tua perlu menjelaskan secara medis sederhana yang bisa mudah untuk dipahami oleh anak, seperti:
“Saat kita masih hidup, tubuh seperti mesin, sehingga jantung memompa darah, paru-paru memberi kita oksigen, otak mengatur semuanya. Kalau ada bagian penting itu berhenti total, maka tubuh tidak bisa berfungsi lagi. Itulah yang disebut meninggal.”