Liputan6.com, Jakarta Usia hanyalah angka bagi Luka Modric. Di usia 40 tahun, maestro Kroasia itu justru menunjukkan performa menawan bersama AC Milan dan menjadi pusat perhatian di lini tengah Rossoneri. Gaya bermainnya yang elegan, visi tajam, serta ketenangan saat menguasai bola membuat para fans Milan jatuh hati sejak awal musim.
Delapan pertandingan sudah ia jalani di semua ajang musim ini, dengan catatan satu gol ke gawang Bologna dan satu assist kontra Lecce. Angka itu memang tak terlalu mencolok di atas kertas, tetapi kontribusi Modric dalam mengatur ritme permainan Milan sangat terasa di setiap laga. Ia mengalirkan bola dengan presisi, menenangkan tim di bawah tekanan, dan memberi warna baru pada permainan Massimiliano Allegri.
Kehadiran Modric bahkan disebut melampaui ekspektasi banyak pihak di Italia. Banyak yang sempat meragukan kemampuannya bersaing di usia kepala empat, namun justru sang juara Ballon d’Or 2018 itu menjadi pemimpin baru di ruang ganti Milan. Ia tidak hanya membawa kualitas di lapangan, tetapi juga pengalaman dan ketenangan di momen-momen krusial.
Bagi para tifosi Rossoneri, Modric kini lebih dari sekadar rekrutan veteran. Ia menjadi simbol semangat dan profesionalisme yang menular ke seluruh skuad Milan, memperlihatkan bahwa hasrat untuk menang tidak pernah padam, bahkan di penghujung kariernya.
Bermain di Milan Jadi Babak Terindah Modric
Luka Modric mengakui bahwa keputusan bergabung dengan AC Milan adalah salah satu langkah terbaik dalam hidupnya. Dalam wawancara dengan TG1, yang dikutip dari MilanNews, gelandang Kroasia itu menyebut Milan sebagai tempat ideal untuk menutup kariernya dengan penuh makna.
“Bermain untuk Milan adalah hal terbaik bagi saya saat ini,” ujar Modric. “Saya berada di klub yang hebat dan bersejarah. Tim ini berbakat dan pelatihnya adalah seorang pemenang. Ini perjalanan yang panjang, tetapi saya memiliki harapan yang besar.”
Perpindahannya ke Milan bukan sekadar nostalgia atau sekadar mencari menit bermain. Modric datang dengan semangat baru, menikmati tantangan di Serie A yang dikenal keras dan taktis. Ia terlihat begitu menyatu dengan filosofi permainan Rossoneri dan mendapat kepercayaan penuh dari Massimiliano Allegri untuk menjadi pengatur tempo di lini tengah.
Datang untuk Menang, Bukan Sekadar Menutup Karier
Modric menegaskan dirinya tidak datang ke Italia untuk sekadar menghabiskan sisa karier. Ia masih memiliki api kompetisi dan ambisi besar untuk membawa AC Milan kembali berjaya di kancah domestik maupun Eropa.
“Saya datang ke sini untuk menang. Kembali ke Liga Champions adalah tujuan minimum, tetapi saya berharap untuk meraih lebih banyak lagi,” tegasnya.
Pernyataan itu menggambarkan mentalitas Modric yang tak pernah berubah sejak masa kejayaannya di Real Madrid. Ia tetap lapar akan trofi dan selalu menuntut standar tinggi, baik untuk dirinya sendiri maupun rekan setimnya.
Hasrat besar itu menjadi energi tambahan bagi Milan yang tengah berusaha bersaing di papan atas Serie A. Dengan Modric di ruang mesin, Rossoneri bukan hanya mendapatkan pemain hebat, tetapi juga pemimpin sejati yang menularkan mental juara di setiap laga.
(MilanNews)