Oleh : Prof Ema Utami (Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Amikom Yogyakarta)
REPUBLIKA.CO.ID, Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, kami mengantar putri bungsu kami, Nesiya Reehanna, ke Bandara Internasional Yogyakarta. Ia berangkat ke Australia bersama dua rekannya dan seorang guru pendamping untuk mengikuti ajang International Science Fair (ISF) yang diselenggarakan oleh Australian Science and Mathematics School (ASMS).
Pameran sains tingkat internasional ini telah rutin diadakan sejak tahun 2004 dan pada tahun ini mengangkat tema 'Challenging Your Perspective'. Sebuah tema yang relevan dan menggugah, mencerminkan semangat zaman yang terus berubah seiring kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi telah membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut evaluasi ulang terhadap cara pandang kita terhadap sains, guna membuka ruang bagi perspektif baru yang dapat mendorong lahirnya inovasi untuk menjawab beragam tantangan ilmiah.
Dalam konteks itulah International Science Fair (ISF) dirancang sebagai wadah bagi siswa dan guru untuk mengeksplorasi sains melalui sudut pandang yang lebih luas dan dinamis. Salah satu kegiatan dalam ISF adalah Challenge Based Learning (CBL), sebuah pendekatan pembelajaran yang menantang siswa untuk mengeksplorasi topik tertentu secara mendalam, sekaligus mengembangkan solusi kreatif berbasis tantangan nyata.
Dalam kegiatan CBL, peserta diberikan delapan pilihan kategori tantangan, yaitu: Pertanian, Kecerdasan Buatan/Keamanan Siber, Ilmu Atmosfer, Material Maju, Kesehatan dan Kedokteran, Sumber Daya Alam, Antariksa, serta Perspektif Pribumi Australia. Di luar delapan kategori tersebut, peserta juga diberi kebebasan untuk mengusulkan topik tantangan lain yang relevan.
Melalui pendekatan ini, siswa diajak untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan merumuskan solusi atas persoalan nyata yang mereka anggap penting dalam konteks dunia saat ini. Dalam kegiatan ini, Neisya memilih kategori Material Maju, sesuai dengan minatnya pada bidang Kimia dan Fisika di sekolah. Pendekatan CBL ini tidak hanya menekankan pada pemecahan masalah, tetapi juga mendorong kolaborasi, pemikiran kritis, serta kreativitas dan inovasi berbasis riset ilmiah.
Perubahan yang terjadi akibat kemajuan teknologi adalah keniscayaan yang tak dapat dihindari. Dunia pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, atas, maupun perguruan tinggi, harus mampu beradaptasi secara aktif terhadap dinamika tersebut. Hal ini juga menuntut keterlibatan semua pemangku kepentingan dan perumus kebijakan untuk bergerak seirama. Pendidikan tidak dapat berjalan sendiri, karena ia selalu terhubung dengan konteks sosial, ekonomi, dan politik di sekitarnya.
Keberangkatan Neisya dan teman-temannya ke Australia, misalnya, berlangsung di tengah situasi dalam negeri yang sedang bergejolak, ditandai dengan aksi demonstrasi masyarakat dan mahasiswa yang dipicu oleh kasus meninggalnya seorang pengemudi ojek daring. Situasi ini bahkan berdampak pada tertundanya perkuliahan di sejumlah perguruan tinggi. Fenomena tersebut memperlihatkan betapa erat keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dinamika sosial yang lebih luas.
Dalam konteks demonstrasi yang terjadi, peran teknologi tak hanya terbatas pada penyebaran informasi. Kali ini, muncul fenomena menarik, yakni pemesanan makanan dan minuman secara daring lintas negara. Melalui aplikasi pemesanan daring yang dapat diakses dari luar negeri, warganet internasional menunjukkan solidaritas mereka dengan memesan dan mengirimkan makanan bagi para peserta aksi di Indonesia.
Beberapa pesanan tercatat berasal dari pengguna di Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, bahkan Korea Selatan. Fenomena ini menunjukkan bahwa kemajuan sains dan teknologi telah melampaui batas geografis, dan mampu membentuk jejaring solidaritas sosial global. Maka dari itu, merangkul dan mengoptimalkan sains dan teknologi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan, karena pengaruhnya nyata dan meluas ke berbagai sektor kehidupan
Kehadiran Neisya dan teman-temannya dalam ISF, serta fenomena solidaritas global melalui pemesanan makanan daring lintas negara saat demonstrasi di Indonesia, merupakan dua ilustrasi nyata bagaimana kemajuan sains dan teknologi telah menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia. Keduanya memperlihatkan bahwa sains tak hanya hidup di ruang laboratorium atau institusi pendidikan tinggi, tetapi juga hadir dalam dinamika sosial yang aktual. Upaya Neisya menggali bidang Material Maju melalui metode CBL mencerminkan semangat keilmuan yang sejalan dengan ajaran Islam, bahwa menuntut ilmu adalah bentuk ibadah yang tinggi nilainya.
Hal ini mengingatkan kita pada firman Allah dalam Surah Al-Kahfi ayat 96, tentang kisah Zulqarnain yang memadukan kecerdasan teknis, ilmu bahan, dan kemaslahatan umat: “Berilah aku potongan-potongan besi…” yang kemudian dipanaskan dan dituangkan tembaga untuk membangun dinding penahan kerusakan. Ayat ini bukan hanya simbol kemajuan teknologi masa lalu, tetapi juga inspirasi abadi bahwa ilmu harus membawa manfaat nyata bagi umat. Ayat ini menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan, teknologi, dan daya cipta telah menjadi bagian dari sejarah peradaban manusia yang terus berkembang. Maka, merengkuh dan merangkul sains serta teknologi bukan sekadar keharusan akademik, melainkan juga amanah keimanan. Wallahu a‘lam.