
Eks Panglima TNI, Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto, mengaku sempat tak percaya menerima kabar meninggalnya Marsma TNI Fajar Adriyanto saat pesawat latih yang dikendarainya jatuh di Bogor, Jawa Barat, Minggu (3/8).
Hal itu disampaikan Hadi usai melayat ke rumah duka di Kompleks TNI AU, Jalan Triloka XI, Pancoran, Jakarta Selatan.
Hadi menyebut, kabar meninggalnya Fajar diterimanya usai pesawat latih tersebut baru saja jatuh. Kabar itu diperolehnya dari pihak Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
"Ya pagi ketika baru saja terjadi accident dan banyak teman-teman di FASI yang dulu bagian dari pembinaan saya mengabarkan ke saya," ujar Hadi kepada wartawan, Minggu (3/8).
"Dan kebetulan dari FASI juga tahu bahwa Pak Fajar ini juga dekat sama saya. Sehingga, saya dikabari dan saya sempat tidak percaya, masa sih," jelas dia.

Hadi menilai bahwa Fajar memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam menerbangkan pesawat. Terutama, pernah menerbangkan pesawat tempur F-16.
"Saya melihat bahwa Pak Fajar ini jam terbangnya cukup banyak dan menerbangkan pesawat F-16, saya tidak percaya. Tapi coba saya komunikasi, ternyata memang Pak Fajar mendapatkan musibah," ucapnya.
Hadi menyatakan Fajar merupakan perwira terbaik yang dimiliki TNI AU dengan sejumlah prestasi yang telah diraihnya. Ia pun mengenang Fajar sebagai sosok yang disiplin dan menghargai seniornya.
"Pak Fajar adalah salah satu sosok perwira yang sangat disiplin, tekun, menghargai seniornya, dan senang melakukan diskusi dan selalu mau mendengarkan apabila seniornya ini memberikan gambaran-gambaran, instruksi-instruksi kepada yang bersangkutan," tutur dia.
"Kami sangat kehilangan dengan sosok yang sangat komunikatif, saling bertegur sapa, dan selalu kalau kita WA tidak ada, ya kita minta informasi, tidak sampai satu menit pasti membalas," paparnya.

Lebih lanjut, Hadi juga menceritakan Fajar sebagai sosok yang memiliki jaringan pertemanan yang sangat luas.
"Nah, untuk pertemanannya memang sangat luas, sehingga beliau aktif di Federasi Aero Sport Indonesia, yang memang hobinya dia sebagai pilot, sehingga dia senang untuk terbang pesawat-pesawat olahraga yang seperti yang tadi pagi mereka terbangkan," kata Hadi.
Hadi kemudian mengenang saat menugaskan Fajar sebagai Komandan Pangkalan Udara Manuhua, Biak Numfor, Papua, pada Oktober 2017. Saat itu, Hadi merupakan Kepala Staf TNI AU (KSAU).
Ia menyebut Fajar adalah perwira yang berdedikasi dan memiliki disiplin yang tinggi sebagai bawahannya saat itu.
"Hampir setiap malam setelah penerbangan selesai, di samping dia secara prosedur harus lapor ke Puskodal Mabes AU, Pak Fajar selalu memberikan informasi ke saya melalui WA," ungkap dia.
"Ya isinya antara lain, operasi penerbangan sampai hari ini aman, untuk kegiatan kesehatan, bakti sosial semua tercover dengan baik, karena kebanyakan kita mendukung logistik-logistik di pegunungan-pegunungan, ya, melalui Lanud Biak, itu selalu melaporkan ke saya," pungkasnya.
Sebelumnya, pesawat latih sipil Microlight Fixedwing Quicksilver GT500 dengan register PK-S126 milik Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) jatuh pada Minggu (3/8). Pesawat itu jatuh di kawasan Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Pesawat itu diawaki dua orang, yakni Marsma TNI Fajar Adriyanto sebagai pilot, dan Roni Ahmad selaku kopilot.
Insiden itu mengakibatkan gugurnya Marsma TNI Fajar. Ia meninggal saat tiba di RSAU dr. M. Hassan Toto, di Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sementara, Roni mengalami luka berat.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma I Nyoman Suadyana, menyebut bahwa pesawat tersebut mengalami hilang kontak pada pukul 09.19 WIB dan ditemukan jatuh di sekitar TPU Astana.
Untuk penyebab kecelakaan hingga saat ini belum diketahui. Kini, lokasi kecelakaan masih diinvestigasi.
Adapun saat ini, jenazah Fajar sudah disemayamkan di rumah duka yang berada di Kompleks TNI AU, Jalan Triloka XI, Pancoran, Jakarta Selatan.
Jenazah Fajar akan dimakamkan di Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin (4/8). Jenazah Fajar akan dibawa terlebih dahulu ke Malang, Jawa Timur, menggunakan pesawat Hercules.