Istanbul (ANTARA) - Militer Nepal, badan keamanan, dan birokrasi sipil menyerukan penyelesaian resolusi damai pada Selasa, ketika para pengunjuk rasa menyerbu gedung parlemen dan merusak kantor-kantor pemerintahan dan kantor politik.
Nepal mengalami perubahan dramatis sejak Senin (8/9) setelah pemerintah memberlakukan larangan terhadap media sosial, yang memicu gelombang protes keras yang menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai 346 lainnya.
Para pengunjuk rasa membakar gedung parlemen dan properti pemerintah lainnya pada Selasa, termasuk gedung-gedung partai dan kediaman Perdana Menteri Sharma Oli, setelah ia mengundurkan diri di tengah meningkatnya kekerasan dalam aksi protes tersebut.
Ketika para pengunjuk rasa menyerang rumah para menteri, militer Nepal mulai mengevakuasi mereka menggunakan helikopter. Sedikitnya tiga menteri mengundurkan diri sebelum pengunduran diri Oli.
Pejabat tinggi pemerintah, termasuk pihak militer Nepal, secara terbuka menyerukan agar semua pihak tenang dan mengeluarkan imbauan publik untuk menahan diri. Mereka juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban yang meninggal dan menyatakan simpati kepada para korban luka.
“Dengan diterimanya pengunduran diri Perdana Menteri KP Sharma Oli, kami dengan sangat mengimbau seluruh warga untuk tetap tenang dan menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap jiwa dan harta benda,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Kami juga menyerukan kepada semua pihak terkait untuk mengupayakan penyelesaian yang cepat dan damai melalui dialog politik,” tambahnya.
Presiden Ram Chandra Paudel secara resmi telah menerima pengunduran diri Perdana Menteri Sharma Oli, yang diumumkan oleh Oli pada Selasa sore sebelumnya.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Nepal krisis: Presiden mundur, penjara dibobol, 1500 tahanan kabur
Baca juga: Krisis Nepal memuncak: PM mundur, massa serbu kediaman Presiden
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.