
DINAS Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, berupaya mengendalikan jumlah orang hidup dengan HIV/AIDS (ODHIV) yang terus meningkat. Sejak Januari-Juli 2025 tercatat ada 95 kasus.
Dengan peningkatan kasus tersebut, secara komulatif dari 2004 hingga 2025 telah terdapat 1.456 kasus ODHIV dengan angka kematian pada tahun ini tercatat 2 orang, 9 orang kehilangan kontak, 17 belum tersedia dan 12 orang pengobatan TB (tuberkolosis).
Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih mengatakan hasil pemeriksaan terhadap 12.067 orang, 95 orang positif HIV/AIDS. "Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya sejak Januari hingga Juli 2025 tercatat 8 orang meninggal, berdasarkan usia 1-10 tahun 1 kasus, 11-20 tahun 13 kasus, 21-30 tahun 53 kasus (56%), 31-40 tahun 19 kasus (20%), 41-50 tahun 4 kasus, 51-60 tahun 5 kasus. Kasus paling banyak hubungan sejenis lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau usia produktif kalangan pelajar, mahasiswa dan pekerja," katanya, Selasa (9/9).
Suryaningsih mengatakan, kasus HIV/AIDS memang cenderung meningkat cukup signifikan. Sejak 2022 tercatat 145 kasus, 2023 145 kasus, 2024 169 kasus dan 2025 ada 95 kasus. Namun, kelompok risiko yang tertular HIV/AIDS antara lain lelaki seks dengan lelaki (LSL), waria, wanita pekerja seks (WPS) dan usia produktif rentan terpapar.
"Kasus HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya yang terpapar berada di Kecamatan Cihideung 188 kasus, Tawang 188 kasus, Cipedes 147 kasus, Kawalu 99 kasus, Indihiang 82 kasus, Tamansari 64 kasus, Mangkubumi 80 kasus, Bungursari 74 kasus, Cibeureum 70 kasus, Purbaratu 46 kasus dan lainnya 418 kasus. Kelompok usia produktif sangat rentan ditemukan balita terpapar HIV/AIDS ketika lahir dan Dinkes berupaya melakukan pengobatan gratis dengan memberikan obat antiretroviral (ARV)," ujarnya.
Menurut Suryaningsih, peningkatan kasus HIV/AIDS menjadi perhatian lantaran peningkatan terjadi pada usia produktif. Berbagai upaya pencegahan masih dilakukan dengan memeriksa masyarakat berisiko tinggi termasuk ibu hamil, TB, IMS, LSL, WPS, waria, penasun (pengguna jarum suntik), WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan). Pemeriksaan yang terus dilakukan terhadap risiko tinggi jenis kelamin laki-laki tercatat 83 orang (87%) dan perempuan 12 atau (13%) meski kasus ini dapat menular melalui cairan tubuh, darah, air susu ibu, sperma, vagina.
"Kami akan terus melakukan edukasi agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan karena penyakit tersebut rentan infeksi. Saya mengingatkan kembali dalam kasus HIV/AIDS dapat disembuhkan meski harus rajin berobat, dan tidak berpotensi menular melalui salaman, pelukan, berbagi alat makan, air ludah, keringat, pengguna alat toilet," pungkasnya. (E-2)