
JUMLAH penumpang domestik yang datang ke Batam pada Juli 2025 tercatat 172.553 orang, naik 6,21 persen dibandingkan Juni. Meski begitu, angka ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 193.478 orang atau turun 10,82 persen. Sementara itu, jumlah penumpang domestik yang berangkat dari Batam mencapai 165.383 orang, naik 2,56 persen dari Juni yang berjumlah 161.254 orang.
Peningkatan jumlah penumpang udara ini menegaskan tren pergerakan masyarakat Batam yang semakin tinggi. Namun, dinamika transportasi laut ikut memengaruhi mobilitas warga. Pasalnya, Pelayaran Kapal Motor (KM) Kelud milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau PELNI resmi berhenti beroperasi mulai 11 September 2025 karena agenda docking tahunan. Kapal yang melayani rute Batam–Belawan dan Batam–Jakarta itu baru akan kembali berlayar pada 1 Oktober 2025.
Akibatnya, warga yang biasa mengandalkan KM Kelud harus mencari jalur transportasi lain, baik laut maupun udara. Sejumlah penumpang memilih menyeberang dengan kapal feri ke Buton, lalu melanjutkan perjalanan darat menuju Sumatera Utara. Meski lebih lama, opsi ini dinilai lebih ramah di kantong dibandingkan membeli tiket pesawat.
Marzuki, 46, warga Batam yang rutin bepergian ke Medan, mengaku terpaksa mengambil jalur alternatif tersebut. “Kalau ada kapal pengganti lebih baik. Karena kalau harus naik pesawat biayanya jauh lebih besar, apalagi kami biasanya bawa barang. Jadi terasa berat,” katanya, Jumat (5/9).
Hal serupa dirasakan Yana, 25, pengguna setia KM Kelud lainnya. Ia bahkan harus menunda perjalanan karena tak ada moda laut yang sebanding dengan layanan KM Kelud. “Selama kapal tidak jalan, kami terpaksa tunda perjalanan. Harapannya nanti Pelni bisa siapkan alternatif, supaya mobilitas masyarakat tidak terganggu,” ungkapnya.
Kepala Cabang PT Pelni Batam, Edwin Kurniansyah, menegaskan docking merupakan agenda rutin tahunan yang wajib dilakukan untuk menjamin kelayakan dan keamanan kapal. “Mulai 1 Oktober 2025, KM Kelud sudah selesai docking dan kembali normal melayani masyarakat,” katanya.
Absennya KM Kelud dirasakan cukup berat oleh masyarakat, terutama yang rutin bepergian di rute Batam–Belawan. Banyak penumpang akhirnya menunda keberangkatan atau harus merogoh kocek lebih dalam untuk biaya transportasi lain. Kondisi ini sekaligus memberi dampak pada naiknya jumlah penumpang udara di Batam.
Kepala BPS Kota Batam, Eko Aprianto, menjelaskan bahwa kontribusi terbesar terhadap peningkatan penumpang pesawat berasal dari penumpang domestik. “Naiknya penumpang domestik memberikan kontribusi paling besar terhadap kenaikan total penumpang pesawat di Batam pada Juli 2025,” ujarnya.
Untuk penerbangan internasional, tren berbeda terlihat. Pada Juli 2025, jumlah penumpang yang berangkat ke luar negeri melonjak hingga 89,33 persen, dari 3.027 orang pada Juni menjadi 5.731 orang. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya mobilitas masyarakat Batam ke negara tetangga, terutama Singapura dan Malaysia.
Sebaliknya, jumlah kedatangan penumpang internasional justru turun. Dari 10.041 orang pada Juni 2025, menjadi 9.603 orang pada Juli 2025, atau berkurang 4,36 persen. Eko menilai fluktuasi jumlah penumpang udara Batam masih dipengaruhi faktor musiman dan kondisi ekonomi. “Penurunan pada penumpang internasional bisa dipengaruhi oleh berakhirnya momen libur sekolah dan beberapa faktor eksternal lainnya. Namun secara keseluruhan tren penumpang tetap meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya,” jelasnya.
Dengan capaian ini, Bandara Internasional Hang Nadim tetap menjadi salah satu pintu gerbang utama Indonesia di wilayah barat. Bandara ini terus menjadi penghubung penting Batam dengan berbagai kota besar di dalam negeri maupun negara tetangga, sekaligus penyangga mobilitas masyarakat di tengah terbatasnya moda transportasi laut. (H-3)