Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto menyebut kemampuan Indonesia menjaga inflasi di kisaran 2 persen tidak lepas dari teknik pengendalian yang telah dirintis oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo.
"Kita punya teknik teknik memantau dan mengendalikan inflasi saya kira yang kurang diajarkan di fakultas fakultas ekonomi dunia. Ini saya harus katakan salah satu teknik mengendalikan inflasi yang dirintis oleh pendahulu saya, Presiden Joko Widodo," kata Prabowo dalam pidato pengantar pada Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin.
Menurut Prabowo, kemampuan Jokowi dalam mengendalikan inflasi tidak lepas dari pengalaman saat menjadi Wali Kota Solo, sehingga dia dengan teliti bisa menemukan cara memantau dan mengendalikan inflasi.
Prabowo menilai keberhasilan menjaga inflasi tidak dapat dipandang remeh karena banyak negara besar yang justru mengalami inflasi tinggi meski memiliki industri kuat.
Presiden lalu menyinggung Argentina sebagai contoh negara yang sempat optimistis dalam pertumbuhan ekonomi, namun kini menghadapi kesulitan akibat inflasi yang sulit dikendalikan.
"Banyak negara hebat pertumbuhannya, inflasinya sangat luar biasa. Industrinya bagus, inflasinya sangat tinggi. Argentina saya kira yang begitu optimis satu dua tahun lalu, kondisinya sekarang juga tidak bagus. Dan banyak negara yang inflasi masih sulit untuk dikendalikan," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih berada di kisaran 5 persen, termasuk yang tertinggi di antara negara-negara anggota G20.
"Kita berada di 5 persen diantara G20 kita salah satu yang tertinggi dengan kondisi sekarang. Kita mampu menjaga inflasi di sekitar 2 persen. Salah satu terendah di G20. Ini juga berkat hasil kerja keras kita semua," ucap Kepala Negara.
Diketahui, Presiden Prabowo menggelar Sidang Kabinet Paripurna tepat pada satu tahun pemerintahannya berjalan.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.