Hendardi Beberkan Gelagat Mencurigakan Pollycarpus sebelum Kematian Munir

17 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

HENDARDI masih ingat bagaimana ia memutar otak berupaya mengingat nama yang disebutkan oleh Suciwati—istri dari mendiang Munir Said Thalib—dalam sebuah pertemuan dengan Direktur Utama PT Garuda Indonesia periode 2002-2005, Indra Setiawan. Pollycarpus Budihari Priyanto. Hendardi merasa tidak asing dengan nama itu.

Kepada Indra, Suciwati menanyakan apakah ada seorang pilot Garuda bernama Pollycarpus. Suciwati penasaran lantaran orang itu beberapa kali menelepon Munir sebelum keberangkatannya ke Amsterdam, Belanda. “Saya terkejut karena saya kenal nama ini,” ucap Hendardi, Koordinator Setara Institute, kepada Tempo di kantornya yang berlokasi di Jakarta Selatan, pada Selasa, 26 Agustus 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Pertemuan yang masih terekam dalam benak Hendardi itu berlangsung lebih kurang sebulan setelah Munir tewas diracun dalam penerbangan maskapai Garuda menuju Amsterdam pada 7 September 2004 silam. Suciwati didampingi Hendardi beserta aktivis Imparsial, Todung Mulya Lubis, datang menemui Indra dengan tujuan mengungkap apa yang sebetulnya terjadi di dalam penerbangan itu.

Di situlah Hendardi tahu bahwa Pollycarpus, yang sejak akhir 2003 intens mendekatinya, juga menjalin komunikasi dengan Munir. Hendardi menduga dirinya sempat menjadi target operasi Pollycarpus sebelum Munir tewas.

Hendardi pun masih ingat pertemuan pertamanya dengan Pollycarpus di kantor Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia atau PBHI, Jakarta Pusat. Hendardi yang kala itu memimpin PBHI berkisah, Pollycarpus mulanya beberapa kali gagal menemui dirinya.

Suatu hari, Polly datang ke kantor PBHI ketika Hendardi sedang tak ada di lokasi. Hendardi kemudian mendapat informasi dari sekretarisnya bahwa ada seorang pilot yang bertandang ke kantor dan ingin bertemu.

Hendardi pun kemudian mengatur jadwal pertemuan dengan Pollycarpus. Ketika hari pertemuan pertama mereka itu tiba, Polly datang mengantar dua orang yang disebutnya berasal dari Timor Leste. “Itu memang alasan yang paling bagus untuk ketemu saya karena saya kan dulu menangani Pak Xanana (José Alexandre "Xanana" Gusmão),” kata Hendardi.

Polly lantas menyampaikan niat kedua rekannya itu untuk kembali ke Timor Leste. Hendardi menyanggupi untuk membantu mereka. “Pollycarpus ini memang senang mengobrol, dia senang mengoceh gitu, lama juga saya jumpa itu,” kata Hendardi mengingat pertemuan itu.

Dalam pembicaraan antara keduanya, Polly juga mengulik informasi mengenai PBHI. Ia melontarkan sejumlah pertanyaan mengenai cabang-cabang organisasi itu hingga sumber pendanaannya. Pollycarpus bahkan sempat mengutarakan niatnya menyumbang dana. “Selanjutnya bicara politik terus, orang ini kayaknya senang politik atau isu-isu aktual tapi bicaranya enggak fokus,” ujar Hendardi.

Sejak pertemuan itu, Polly intens meneleponnya. Menurut Hendardi, Polly banyak menghubunginya dalam rentang waktu akhir 2003 hingga April 2004. Polly juga sempat kembali mengunjungi Hendardi secara langsung. “Tapi dia sering telepon-telepon saya,” kata dia.

Adapun suatu ketika, Pollycarpus bertanya apakah ada cabang PBHI di Papua. Hendardi menjelaskan bahwa PBHI hanya memiliki desk Papua yang kala itu diurus oleh Johnson Panjaitan.

Polly berulang kali menawarkan tiket pesawat gratis ke Papua. Hendardi menyebut Polly siap cuti untuk menemaninya ke sana. Suatu ketika, Polly meneleponnya dari Jepang. Lagi-lagi, Pollycarpus dalam sambungan telepon itu menanyakan rencana Hendardi mengunjungi Papua.

Hendardi lama kelamaan gerah dengan tingkah Pollycarpus. “Saya sebal juga kan, orang ini suka ngomong panjang lebar, saya kan punya banyak kesibukan,” ujar Hendardi. “Saya bilang sama sekretaris saya, kalau orang itu ada, bilang saja saya lagi pergi.”

Namun tampaknya Pollycarpus belum menyerah. Dia tetap menghubungi Hendardi. Pollycarpus tetap mendesak memberikan tiket gratis ke Papua untuk Hendardi. Ia lantas menawarkan supaya tiket pesawat itu dialihkan kepada Johnson Panjaitan saja. Sebab, Johnson lebih paham persoalan di Papua dibandingkan dirinya.

Intensitas Polly menghubunginya pun semakin berkurang. “Setelah kira-kira bulan Maret atau April itu, saya sudah enggak dengar lagi kabar dia,” ujar Hendardi.

Hendardi baru mendengar nama Pollycarpus lagi setelah kematian Munir. Tepatnya dalam agenda pertemuan dengan Indra Setiawan pada Oktober 2004 itu. Seusai pertemuan tersebut, Hendardi menarik Suciwati dan bertanya soal Pollycarpus. Suci menjelaskan bahwa Pollycarpus mengontak telepon seluler Munir beberapa hari sebelum keberangkatannya.

“Kurang ajar ini orang, berarti saya target operasi ini sebelumnya, orang ini yang bolak-balik menelepon dan mendatangi saya sebelum ini,” kata Hendardi menirukan ucapannya ke Suciwati kala itu.

Belakangan, informasi soal Pollycarpus yang kerap kali mendekati aktivis semakin mencuat. Diketahui bahwa Pollycarpus juga mengontak aktivis perempuan prodemokrasi, Yeni Rosa Damayanti, saat ia menjalin komunikasi dengan Hendardi dan Munir.

Nama pilot Garuda Indonesia, Pollycarpus Budihari Priyanto, terseret ke dalam pusaran kasus pembunuhan Munir Said Thalib, setelah Tim Pencari Fakta atau TPF menyelidiki dan menyusun laporan hasil investigasi mereka atas kematian Munir.

Aktivis HAM itu dibunuh di langit Romania saat pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-974 membawanya ke Belanda pada 7 September 2004. Munir saat itu sedang dalam perjalanan untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrecht, Amsterdam.

Pollycarpus, menurut salah seorang saksi mata, sempat berbincang-bincang dengan Munir di Bandar Udara Changi, Singapura, saat pesawat yang mereka tumpangi transit. Di area transit bandara, Pollycarpus dan Ongen Latuihamallo duduk bersama Munir di sebuah kafe. Seorang saksi melihat mereka memakan sesuatu. Dari situlah kemudian bukti-bukti mengarah pada keterlibatan Pollycarpus dalam kasus Munir. 

Pollycarpus kemudian didakwa melarutkan senyawa arsenik ke dalam minuman Munir. Ia dihukum 14 tahun penjara di tingkat Peninjauan Kembali. Vonis ini lebih ringan dari putusan Mahkamah Agung pada 25 Januari 2008 yaitu 20 tahun penjara. Polly bebas murni pada Agustus 2018, setelah memperoleh beberapa kali remisi. Dua tahun berselang, Pollycarpus meninggal karena Covid-19.

Read Entire Article